Oleh: Afifah Dwiana Putri*
Tinggal satu rumah, tapi merasa jauh? Bertemu setiap hari, tapi hanya saling sapa sekilas. Kesibukan dengan urusan masing-masing dan gadget sering kali membuat interaksi dalam keluarga menjadi kurang.
Padahal komunikasi ringan sehari-hari dapat memiliki peran besar dalam menjaga kedekatan antar anggota keluarga. Obrolan santai bukan hanya sekedar basa-basi semata, tapi sebenarnya adalah jembatan emosional, dari kebiasaan kecil ini bisa muncul rasa saling percaya, nyaman, dan peduli satu sama lain.
Kenapa Obrolan Ringan itu Penting?
Obrolan ringan menjadi penting dan memiliki dampak positif di antaranya, pertama, menjaga keharmonisan keluarga. Obrolan santai sehari-hari menjadi dasar terciptanya hubungan yang harmonis. Komunikasi membantu anggota keluarga saling menyesuaikan diri, memahami perbedaan, dan menjaga kebersamaan.
Kedua, membangun kepercayaan. Keluarga yang terbiasa mengobrol secara terbuka, bahkan dengan percakapan ringan, memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi antara anggota keluarga dan memiliki hubungan yang lebih erat.
Ketiga, menguatkan ikatan emosional. Pada teori self-disclosure, keterbukaan dalam berbicara meski dalam hal-hal kecil membantu menciptakan emosional dan rasa saling memiliki.
Keempat, mencegah salah paham. Kebiasaan mengobrol sehari-hari mengurangi risiko konflik akibat salah paham. Komunikasi rutin menciptakan ruang saling dengar dan saling memahami.
Sebagai langkah awal, cobalah mulai dari menanyakan hal kecil, seperti, “Bagaimana tadi sekolahnya?” atau, “Sudah makan siang atau belum?” Mungkin terdengar sepele, tapi berawal dari pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut, obrolan hangat dalam keluarga bisa dimulai. Saat pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan tulus dan ditanggapi dengan sepenuh hati, akan timbul rasa bahwa ‘aku diperhatikan’ dan ‘aku punya tempat untuk didengar’.
Yang Perlu Diperhatikan saat Mengobrol
Saat mengobrol, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mendengarkan dengan sepenuh hati, jangan menyela atau langsung memberikan solusi. Terkadang ketika seseorang bercerita dia hanya perlu didengarkan, jadi cukup tanggapi dengan kalimat-kalimat suportif.
Kemudian luangkan waktu tanpa gadget. Akan lebih efektif ketika sedang mengobrol kita memperhatikan lawan bicara. Menatap mata atau memberikan ekspresi wajah yang hangat cukup membuat lawan bicara merasa dihargai.
Terakhir, libatkan semua anggota keluarga ketika mengobrol. Buat momen mengobrol sebagai kebiasaan bersama, bukan hanya antara ibu dan anak atau ayah dan ibu saja. Seluruh anggota keluarga ayah, ibu, dan anak-anak perlu terlibat untuk saling bertukar cerita.
Hubungan yang kuat tidak selalu terbentuk dari momen yang besar, tapi bisa dari kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus. Obrolan ringan terdengar sepele, tetapi memiliki dampak luar biasa, dari kebiasaan itulah, keluarga bisa menjadi dekat, saling memahami dan bertumbuh bersama.
*Penulis adalah Mahasiswa Psikologi UAD, dan Konselor Magang FLC