Adiksi Gadget pada masa Golden Age: What to do?

Gadget menjadi salah satu produk implementasi dari perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. Tidak hanya dalam bentuk smartphone, tetapi juga tablet, PC, komputer, maupun laptop sering ditemui pada hampir sebagian besar masyarakat. Selain beredar pada kalangan remaja, dewasa hingga lansia, gadget juga beredar di kalangan anak-anak, terutama pada anak usia 7-11 tahun bahkan usia 3-6 tahun berdasarkan data dari kementrian kesehatan. Padahal usia 3-6 tahun merupakan masa emas bagi perkembangan anak.

Masa perkembangan dan pertumbuhan anak-anak secara maksimal terjadi pada masa golden age. Menurut kementerian kesehatan Republik Indonesia, masa golden age terjadi saat anak berusia 0 – 5 tahun. Perkembangan dan pertumbuhan anak pada masa ini membutuhkan peran orang-orang di sekitar anak dan berinteraksi langsung dengan mereka, seperti orang tua, pengasuh, maupun pengajar.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemberian gadget padaanak usia dini memberikan dampak positif, seperti dapat menstimulasi imajinasi anak, meningkatkan kemampuan pendengaran, mempelajari suara dan melatih anak dalam berbicara, serta membantu daya pikir strategi pada anak. Akan tetapi, apabilapenggunaan gadget dengan screen time secara berlebih dan tanpa pengawasan dari orang tua dapat berdampak negatif pada anak, diantaranya menghambat perkembangan motorik, bahasa, dan sosial anak sehingga dapat menimbulkan masalah perilaku hingga kesehatan fisik.

So, apa yang harus kita lakukan sebagai orang terdekat dengan anak? Simak penjelasan berikut.

  1. Membatasi penggunaan gadget pada anak dengan metode picture timetable

Upaya untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak salah satunya adalah dengan membatasi waktu akses pada gadget. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan picture timetable. Picture timetable merupakan jadwal kegiatan anak yang diatur sedemikian rupa menggunakan gambar-gambar yang menarik.

Beberapa contoh picture timetable diantaranya adalah menggunakan gambar sederhana atau simbol-simbol yang mudah dipahami oleh anak pada kegiatan sehari-harinya, seperti gambar piring atau simbol sendok garpu sebagai waktu makan. Selain itu, dapat berupa jadwal harian yang disusun menggunakan foto, sehingga anak dapat mengetahui aktivitas apa yang dilakukan setelah melihat jadwal berbentuk fotografi tersebut. Dengan demikian jadwal anak antara jadwal digital dan non-digital akan seimbang. Di samping itu, orang tua juga harus turut serta mengawasi tontonan anak pada gadget mereka.

  1. Menetapkan area bebas dari gadget selama di rumah

Selain membatasi waktu, orang tua dapat menetapkan area mana saja yang menjadi kawasan bebas gadget, seperti ruang makan, kamar tidur, ruang tamu, dan lain sebagainya. Hal ini berarti saat anak berada di kawasan tersebut, maka anak dilarang mengoperasikan gadget. Peraturan ini dapat berlaku bagi seluruh anggota keluarga sehingga tidak menimbulkan protes dari anak mengapa hanya ia yang dibatasi.

  1. Mengalihkan anak pada kegiatan bermain yang menyenangkan

Anak cenderung tertarik pada gadget karena gambar yang ditampilkan lebih menarik. Maka, orang tua dapat menyusun aktivitas bermain yang dapat membuat pikiran anak teralihkan misalnya kegiatan sensory play, mengikutsertakan anak dalam aktivitas rumah, seperti memasak, membersihkan rumah, lari pagi, dan lain sebagainya. Selain itu, memberikan mainan yang sesuai dengan usia anak yang merangsang motoriknya, seperti menyusun balok, menyusun puzzle, buku mewarnai, permainan profesi, dan lain-lain.

  1. Hindari penggunaan gadget di depan anak

Anak memiliki kecenderungan untuk menirukan apa yang dilihatnya, sehingga ketika kita sudah membatasi waktu dan area untuk anak memainkan gadget, maka kita dapat menerapkannya untuk seluruh keluarga. Misalnya saat makan atau akan tidur, kita dapat menghindari penggunaan gadget agar anak tidak meniru apa yang kita lakukan sehingga hal tersebut menjadi suatu kebiasaan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *