Generasi Z merupakan generasi anak muda saat ini yang melek teknologi. Mereka memiliki kebiasaan seperti tidak bisa lepas dari teknologi, senang bekerja secara tim, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, dan pekerja keras (Hastini, 2020; Haq, 2020). Generasi yang paling terdampak pada perkembangan teknologi yang sangat pesat, yaitu generasi Z. Menurut Tapscoot (2008) generasi Z memiliki rentang usia 9 – 20 tahun atau lahir pada tahun 1998 –2009. Bisa dikatakan usia tersebut masih membutuhkan bimbingan orang tua melalui pola asuh yang erat terhadap akses teknologi. Pola asuh berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anak.
Dalam hal ini, menurut para ahli membagi tipe pola asuh secara umum menjadi tiga kategori, yaitu 3 :
- Otoriter yang memiliki ciri-ciri, yaitu a) Kekuasaan orang tua dominan b) Anak tidak diakui sebagai pribadi. c) Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat. d) Orang tua menghukum anak jika tidak patuh. e) Pola asuh otoriter mempunyai pada intinya mempunyai ciri orang tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya.
- Demokratis yang memiliki ciri-ciri pola asuh, yaitu a) Ada kerja sama antara orang tua dan anak. b) Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua. c) Anak diakui sebagai pribadi. d) Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua. e) Ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku. f) Pola asuh demokrasi mempunyai pada intinya mempunyai ciri orang tua mendorong untuk membicarakan apa yang anak inginkan.
- Permisif memiliki ciri-ciri pola asuh, yaitu: a) Dominasi pada anak. b) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua. c) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua. d) Kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang. e) Pola asuh permisif mempunyai pada intinya mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat.
Pola asuh dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian, nilai-nilai, dan sikap seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. (Hafifah & Widjayatri, 2022; Wahyuni, 2023). Pola asuh di sini menjadi kunci awal bagi generasi Z dalam menggunakan teknologi khususnya smartphone. Smartphone memang diberikan orang tua untuk membantu anak dalam berkomunikasi, tetapi smartphone memiliki efek negatif yaitu kurangnya kontrol orang tua terhadap anak. Salah satu pola asuh orang tua yang membiarkan atau tidak memberikan Batasan yang jelas terhadap anak, disebut pola asuh permisif.
Dalam penelitian dijelaskan bahwa semakin tinggi pola asuh demokratis maka semakin tinggi pula kemandirian dalam mengambil keputusan. Pola asuh kemandirian dipengaruhi oleh lingkungan termasuk oleh pola asuh demokratis. Menurut Feldman, jika remaja diberikan penguatan positif oleh orang tua maka akan berperilaku positif juga, karena penguatan akan meningkatkan perilaku yang diharapkan sedangkan menurut Erikson santrok, pola asuh demokratis orang tua mempunyai sikap peduli kepada anak sehingga mendorong anak berpartisipasi dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh orang, seperti memilih teman, pendidikan dan kegiatan sehari-hari. Dilihat dari penelitian tersebut akan mengajak anak untuk mengambil Keputusannya sendiri, sehingga dapat memunculkan kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat dan Keputusan mereka sendiri, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang dewasa.
Menurut Isnasari, bahwa semakin tinggi pola asuh orang tua yang permisif mengakibatkan kenakalan remaja yang tinggi dan jika pola asuh permisif rendah maka akan rendah kenakalan remaja. Adapun pola asuh permisif adalah suatu bentuk pola asuh berupa orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak. Cirinya orang tua bersikap longgar, tidak terlalu memberikan bimbingan dan kontrol, perhatian pun terkesan kurang. Kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri (Papalia & Olds, 2009). Sedangkan pola asuh otoriter cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orang tua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab. Sementara itu, orang tua yang otoriter merugikan, karena anak tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu menyesuaikan diri di luar rumah.